Catatan Penikmat Marlboro: Perbedaan Rasa pada Rokok Marlboro Merah dan Putih
Seiring berjalannya waktu, Marlboro, yang notabene tergolong rokok merk asing, kini harus memutar otak untuk meningkatkan angka penjualannya yang turun akibat regulasi yang melarang produsen rokok (terutama rokok asing) untuk beriklan di media penyiaran televisi. Tidak hanya itu, reduksi terhadap iklan rokok juga dilakukan di media-media massa yang lain seperti majalah dan radio. Alhasil, untuk mengimbangi belanja iklan yang berkurang, PT. Philip Morris kemudian menambah varian-varian pada rokok Marlboro di Indonesia.
Awalnya, hanya terdapat 3 varian rokok Marlboro yang diproduksi dan diperjualbelikan di Indonesia, yaitu Red Marlboro (Marlboro merah), Marlboro Menthol (Marlboro hijau), dan Marlboro Lights (Marlboro putih). Namun, seiring berkembangnya waktu, PT. Philip Morris membuat 3 varian Marlboro baru, yaitu Marlboro Mix 9 (Marlboro dengan campuran rempah khas Indonesia), Marlboro Black Menthol, dan terakhir Gold Marlboro Lights.
Semua varian tersebut tentu diciptakan dengan rasa dan kandungan nikotin dan tar yang berbeda. Perbedaan yang cukup signifikan akan dapat terlihat ketika kita mengkomparasikan Marlboro merah dan Marlboro puih varian baru (Gold Marlboro Lights). Marlboro merah yang merupakan, produk standar Marlboro memiliki rasa dan aroma yang cenderung lebih kuat dibanding dengan Marlboro yang berwarna putih. Selain itu, kandungan zat yang terkandung di dalamnya juga berbeda. Di dalam Marlboro merah terkandung tar sejumlah 13mg dan nikotin sejumlah 1,0mg. Sedangkan di dalam Marlboro putih terkandung tar dan nikotin dengan bobot yang lebih rendah, yaitu 9mg tar dan 0,8mg nikotin.

Namun tahukah anda apa yang membuat kedua varian tersebut berbeda? Kunci pembeda rasa dan zat yang terkandung dalam kedua rokok tersebut ternyata terdapat pada kertas pembungkus tembakau (selongsong batang rokok). Apabila kita cermati menggunakan kaca pembesar, pada bagian batang rokok (bukan bagian filter) keduanya terdapat perbedaan yang nyaris tak kentara. Perbedaannya adalah pada bintik-bintik dengan ukuran mikro yang diketahui belakangan merupakan rongga-rongga udara pada selongsong rokok Marlboro putih dan tidak terdapat di selongsong rokok Marlboro merah. Usut punya usut, ternyata Sang Produsen menggunakan racikan tembakau dengan komposisi yang persis sama pada kedua varian rokok ini. Kemudian untuk membedakannya, Sang Produsen sengaja membuat rongga-rongga mikro pada selongsong batang rokok Marlboro putih. Rongga-rongga tersebut menyebabkan volume udara dari luar batang rokok menjadi lebih banyak terhisap. Hal itulah yang membuat penikmat rokok Marlboro putih mendapatkan rasa yang cenderung lebih lembut dan ringan ketika menghisapnya, dibandingkan ketika mereka menghisap rokok Marlboro yang berwarna merah.
ROKOK MARLBORO AWALNYA UNTUK KAUM WANITA
Anda
yang hobi merokok pasti kenal dengan merek rokok Marlboro. Perjalanan
produk rokok filter yang iklannya banyak menggambarkan kuda jantan ini
sudah cukup panjang. Marlboro pertama kali diluncurkan pada tahun 1847
di Inggris. Brand ini dimiliki oleh Philip Morris.
Nama Marlboro sendiri diambil dari nama salah satu jalan di London, Marlborough. Konstruksi
jalan ini mulai dibuat pada awal abad ke- 18. Nama Marlborough itu sendiri diabadikan dari nama komandan pertama pasukan Inggris, John Churchil yang juga bergelar 1st Duke of Marlborough.
Jalan ini sekarang menjadi pusat kegiatan komersial yang cukup ramai di kota London.
Kembali
ke laptop, pada mulanya rokok Marlboro sebenarnya menyasar target pasar
kaum perempuan. Pemilihan warna dasar merah pada strip rokok yang
diproduksi saat itu menjadi salah satu buktinya. Strip merah di pangkal
barang rokok punya tujuan untuk mengkamuflase bekas lipstik yang menjadi
kosmetik dasar kaum perempuan saat itu. Warna merah ini kemudian juga
menjadi corporate color Marlboro.
Saat
terjadi Perang Dunia II, pasar Marlboro turun drastis. Pasar mulai
melihat rokok Marlboro yang tidak pakai filter sebagai ancaman serius
bagi kesehatan. Ini menjadi gangguan serius bagi produk tersebut. Untuk
mengatasinya, Marlboro kemudian membuat perubahan drastic. Semua produk
rokoknya lalu diberi filter untuk mengubah persepsi pasar.
Yang
lebih penting lagi, Marlboro kemudian juga meluaskan target pasar. Yang
semula hanya menyasar kaum wanita, Marlboro kemudian membidik juga kaum
pria. Pada tahun 1954, Marlboro membuat iklan yang kemudian sampai
sekarang terus membekas di pasar. Ikon iklan itu adalah seorang cowoboy
yang gagak berani dengan topi yang khas.
Iklan
ini cukup berhasil memberi kesan. Lewat iklan itu, Marlboro ingin
menempatkan diri sebagai simbol pria yang gagah dan pemberani. Di masa
selanjutnya, pasar kaum pria menyerap produk tersebut dengan baik. Makin
lama, bahkan Marlboro menjadi bagian dari gaya hidup kaum pria saat
itu. Untuk tampil keren, seorang pria menjadi perlu untuk menjadi
konsumen Marlboro.
Tahun
1998, asosiasi tembakau dunia membuat aturan yang mengubah dunia
periklanan rokok. Lembaga tersebut mengharuskan para produsen rokok
untuk memasang iklannya di majalah dewasa dan tidak secara vulgar
menampilkan produknya. Ini kemudian juga menjadikan Marlboro membuat
beberapa perubahan.